Menjelang Keruntuhan Imperium

Indonesia kini, sama persis dengan 20 Tahun menjelang keruntuhan Imperium-Romawi.
Pertama;
Gagal dalam usaha perubahan Undang-undang Agraria. Petani hanya menjadi hak milik Tuan tanah, banyak Petani tidak mempunyai tanah, sehingga para Petani menuju kota, hidup sebagai Kaum-Urban. Hidup berdasar pemberian-pemberian.
Kedua:
Pemerintahan Pusat lemah, karena tidak mempunyai metode pemerintahan yang sesuai dengan Karakter Bangsa. Salah satunya adalah daerah-daerah perbatasan menjadi negara yang berdiri sendiri terlepas dari pusat, karena harga barang kebutuhan pokok dan pendidikan lebih terjamin di negara tetangga.
Kini Anak-anak Indonesia yg tinggal dekat perbatasan dg Malaysia, lebih memilih sekolah di Malaysia, karena sekolahnya sangat bermutu, ruang kelas ber-AC, dan tanpa dipungut bayaran, Sementara kalo sekolah di Wilayah Indonesia, sekolahnya sudah hampir rubuh, gurunya cuma satu, merangkap jadi Kepsek, dan sekaligus jadi penjaga-sekolah !!
Ketiga:
Tentara tiada mengenal disiplin dan jendral-jendralnya lebih merindukan kekuatan politik dan sedikit sekali memperhatikan pertahanan negara. Kekuasaan tentara dalam prakteknya bertindak sendiri, bahkan bisa memecat dan mengangkat Raja-raja. Kini Di Indonesia para Jendral syibuk berpolitik, sehingga abai terhadap Pertahanan dan Ketahanan Negara…!!
Keempat:
Penduduk kehilangan kebebasannya. MPR kehilangan fungsinya sebagai badan politik, sedangkan raja menjadi seorang diktator dengan dibungkus syibuk pencitraan yang semu.
Kelima:
Perdagangan Luar Negeri merosot, dan keuangan mengalami inflasi. Kemudian timbul ekonomi barter yang menimbulkan halangan-halangan bagi timbulnya hubungan ekonomi yang sehat. Kantor-kantor Pemerintahan menjadi sarang KORUPSI. Orang-orang kaya dan saudagar mudah memperoleh keinginannya dengan jalan memberi suapan, maka RAKYAT banyak menanggung beban hidup berat.
Keenam:
Sistem kepercayaan Adat-istiadat Suku-bangsa yang menghormati Lingkungan-hidup dan Alam setempat, mulai luntur berganti dengan sistem kepercayaan Agama-IMPOR yang tak ramah-lingkungan. Masyarakat yang “Bhinneka Tunggal Ika” menjadi masyarakat yang diseragamkan oleh Sistem Kepercayaan semacam WAHABI dan KAPITALISME-GLOBAL.
Sistem Kemasyarakatan yg menganut Perkawinan MONOGAMI yang sekaligus MONOTEIS, berubah menjadi yang disesuaikan dengan PASAR. Dan yang tadinya memberlakukan barang-barang dan Lingkungan Hidup sebagai milik bersama, berubah menjadi pemilik Pemodal-Asing.
Dengan demikian, Indonesia sebagai IMPERIUM, telah memenuhi syarat untuk menuju keRUNTUHan, yang biasa terjadi dalam siklus 80 Tahunan IMPERIUM-BERKUASA dan berganti dengan IMPERIUM yang baru.
Pabila Indonesia ingin tetap bertahan, maka musti kembali ke Konsep “Bhinneka Tunggal Ika” seperti di era NUSANTARA, yaitu menjadi Negara FEDERASI NUSANTARA.
Dan yang utama kembalikan PANCASILA sebagai Sari-pati Peradaban dan Kebudayaan INDONESIA. Sebab bila PANCASILA dijadikan ideologi, yang terjadi adalah selalu terjadi KETEGANGAN-POLITIK, contohnya Pemberontakan DI/TII dan Peristiwa G30S, yang membuat TRAUMATIK-BANGSA, yang mengakibatkan MANUSIA INDONESIA berkarakter INFERIOR alias #JONGOS dg bercirikan : kebawah menindas, sesama saling-jegal, keatas menjilat pantat Bangsa asing-aseng-asong . . . !!!
Saatnya NUSANTARA berlelaku #DijalanKEBUDAYAAN seperti yang pernah dijalankan oleh Ali Sadikin dan Gus Dur, yang kini dilanjutkan oleh Kang @DediMulyadi71 yang #DangiangKiSunda dan @DadangMerdesa yang #MERDESA adil-makmur-beradab.

Kemang, 210311

Satu respons untuk “Menjelang Keruntuhan Imperium

Tinggalkan komentar